Jumat, Januari 16, 2009

Panduan Komunikasi Bagi Orangtua


Komunikasi benar-benar mendefinisikan peran anda sebagai orang tua. Anak-anak adalah spons. Mereka belajar dari kehidupan mereka. Orangtua mengajari anak-anak, baik sadar atau tidak-dan apakah orangtua yakin mereka mendengar atau tidak. Mereka menyerap setiap kata yang keluar dari mulut anda. Mereka meniru bahasa tubuh anda, mereka mengemulsi tingkah laku anda.

Tugas orangtua bukanlah membuat anak terikat pada orangtua selamanya.Ketika orangtua membawa anak-anak mereka ke sekolah, itu berarti melepaskan anak-anak mereka. Anak-anak akan punya guru, teman sekelas, dan pengalaman baru setiap hari di luar kendali orangtua. Mereka menangkap segala macam hal. Mereka juga akan belajar banyak hal yang anda harapkan mereka tidak pernah pelajari dari anak-anak lain. Tapi pada akhirnya anak adalah bukan milik anda. Anda dirahmati oleh tibanya mereka dan diberi tugas merawat mereka, tetapi peran anda yang sesungguhnya adalah mempersiapkan mereka menghadapi dunia luar. Cara terbaik memepersiapkan mereka adalah mengajari mereka bagaimana caranya berkomunikasi. Aturan dasar dalam berkomunikasi yang patut diperhatikan orangtua :

1. Konsisten

Bersikap konsisten adalah dasar komunikasi yang baik karena hal ini membuat anak merasa aman. Memberi anak batasan yang jelas, membuat mereka tahu kalau mereka dapat bergantung pada orangtuanya. Kalau orangtua tidak siap bersikap konsisten, anak-anak tidak akan mau mendengarkan atau percaya pada orangtua.

2. Katakan yang ingin anda katakan dan patuhi.

Anak-anak harus paham kalau orangtuanya dapat dipercaya. Mengatakan sesuatu hal yang kemudian tidak anda lakukan dapat memberikan pelajaran buat anak bahwa orang tuanya hanya main-main dan tidak benar-benar serius. Orangtua harus punya aturan yang mengatakan kalau tindakan memiliki konsekwensi.

3. Orangtua bertanggung jawab mengajari anak-anak mereka cara berkomunikasi.

Orangtualah yang bertanggung-jawab menegakkan rasa aman di rumah-baik fisik maupun emosi. Sebuah rumah yang aman secara emosi adalah ketika anak dan orangtua bisa berbicara dengan bebas tentang apa saja; rumah tempat anak merasa nyaman menceritakan rasa takut dan kekhawatiran terdalamnya tanpa takut dihakimi atau dikritik; dan rumah tempat cinta, kebanggaan, dan dorongan ditegaskan dengan jelas serta teratur. Orangtua yang tidak saling bicara satu sama lain tidak akan mampu berbicara dengan baik kepada anak-anak mereka. Banyak orang yang kesulitan tentang perasaan. Orangtua yang pemarah menyebabkan anak-anak terlalu takut dan enggan berbicara pada anda, orang tuanya.

4. Jangan beri label pada anak-anak anda.

Pandangi kepribadian anak, bersikap konsisten, biarkan akan menemukan kebebasan untuk menemukan jati dirinya sendiri. Karenanya hilangkan cap yang anda tempelkan pada anak.


TEKNIK DASAR BERBICARA PADA ANAK

Ketika anak merasa aman, mereka bisa berbicara dengan bebas dan jujur. Ikuti langkah-langkah berikut dan anda akan mendapati anak anda langsung menanggapi anda dan gunakan teknik ini untuk menenangkan anak yang sedang kesal :

1. Turunkan tubuh anda setinggi anak, duduk atau berlutut.

2. Tatap matanya. Ini penting sekali. Jika perlu palingkan kepala anak dengan tangan anda-dengan lembut-supaya dia menatap langsung kepada anda.

3. jika si anak sangat marah, usap punggung atau perutnya. Usapan pengakuan. Anda tidak perlu memeluk atau menarik anak ke dekat anda ketika anda sedang berbicara kecuali anak benar-benar histeris dan perlu ditenangkan (jika hal itu terjadi biarkan si anak tenang sebelum memulai percakapan apa pun. Suruh mereka menarik napas dan bantu mereka melakukan itu).

4. Ubah nada suara anda. Berkatalah dengan suara yang tegas tetapi tetap lembut. Suara serius adalah suara yang tidak tinggi.

5. Beri kata-kata kepada anak untuk membantu mengalirnya pecakapan. Kepada anak yang sedang marah anda bisa mengatakan : kamu marah karena apa?

6. Ulangi apa yang dikatakan oleh anak. Hal ini menunjukkan kepada mereka kalau anda benar-benar mendengarkan. Hal ini juga memberi anda waktu untuk mengatur ulang pikiran anda.

7. Jangan menyela. Biarkan anak mengatakan apa yang ada di benaknya. Katakan kalau anda mengerti. Kemudian ketika giliran anda tiba, mereka akan berhenti berbicara dan mendengarkan anda.

8. Tetap tenang. Betapapun bergejolaknya hati anda.

ANJURAN UNTUK KOMUNIKASI

Beberapa cara yang dapat memperbaiki kemampuan komunikasi anda.

1. Katakan : ayah/ibu syang kamu, setiap hari.

Anak-anak butuh dorongan, mereka butuh pelukan dan cium setiap hari. Mereka perlu merasa bahwa dirinya sosok penting bagi anda, meskipun tidak perlu dipuji berlebihan karena hal-hal sederhana yang sudah seharusnya dilakukan setiap hari atau terlalu dimanja karena lebih mudah bagi orangtua mengikuti mau mereka daripada menghentikan mereka. Anda juga bisa menyelipkan catatan kecil ke dalam kotak makan atau tasnya. Pengakuan kecil dapat sngat membantu aktifitasnya sehari-hari.

2. Buktikan kalau anda mendengarkannya.

Sangat mudah menunjukkan kepada anak anda kalau anda mendengarkan dengan mengatakan : ayah/ibu mengerti/mendengarkan atau dengan mengulangi apa yang mereka katakan.

3. Ajari anak untuk bernapas.

Ketika anak sedang kesal, dan kita katakan kepadanya untuk bernapas, dia akan melakukan itu. Menarik napas akan mengalihkan perhatian mereka dengan cepat dan akan membantu menenangkan tangis mereka.

4. berikan kata-kata yang dapat digunakan anak.

Merengek biasanya diawali ketika anak-anak masih dalam kondisi belum bisa bicara (preverbal). Merengek seringkali berlanjut karena lebih mudah bagi anak untuk merengek daripada berbicara. Anak harus diajari bahwa hanya kata-kata bentuk komunikasi yang efektif. Seperti ketika anda mengajari bayi dan balita anda berbicara, anda perlu memberi kata-kata kepada anak yang dapat dia gunakan untuk mengekspresikan perasaannya.

5. Benar-benar dengarkan anak anda.

Tidak ada anak yang mau berbicara dengan orang yang tidak mendengarkan perkataan mereka. Orang dewasa pun tidak suka berbicara dengan orang yang tidak mendengarkannya.

6. Hormati perasaan anak anda.

Hormati perasaan anak anda. Anda setuju atau tidak dengan anak, itu masalah lain. Perasaan itu bukan milik anda, perasaan itu milik anak anda dan perasaan seorang anak patut mendapat validasi. Jangan perintah anak untuk tidak merasakan sesuatu.

7. Belajar mengendalikan frustasi anda.

Rasa frustasi selalu ada ketika mengasuh anak. Tidak ada manusia yang sempurna dan kita semua pasti pernah merasa frustasi. Frustasi biasanya menyebabkan semuanya menjadi bising, berantakan, berteriak sejadi-jadinya.

8. Ubah ekspektasi anda.

Dalam hal komunikasi, ekspektasi anda harus diubah sesuai dengan tingkah laku yang sepadan umur dengan umur anak. Berteriak kepada anak balita ketika menumpahkan jus yang dia akan minum adalah hal kontra produktif. Jangan marah dan mengatakan : "Tuh...kan kamu tumpahkan jus lagi". Tapi katakan : "wah, tidak apa-apa koq, ayo kita bersihkan". Bereskan kekacauan yang terjadi, kemudian katakan : "Ibu/ayah akan menunggu kamu diam dulu baru memberi kamu jus lagi". Lalu ketika si balita duduk katakan : "Ingat apa yang terjadi terakhir kali kau tidak bisa diam di dekat jus kamu? Tumpah kemana-mana. Jadi kali ini ayo kita ingat dimana kamu tadi taruh gelasmu supaya jusnya tidak tumpah lagi". Ini adalah teknik AMMO: Acknowledge dan Move it (akui dan lupakan).

9. Gunakan Humor : buat mereka tertawa.

Satu cara untuk mencairkan suasana tegang saat anak-anak merasa tidak nyaman adalah dengan menggunakan humor.

10. Tetap sederhana.

Jika anda tetap menyederhanakan ucapan anda, hasilnya tentu akan sederhana juga. Jangan buat percakapan menjadi rumit kalau tidak perlu.

11. Izinkan anak anda marah

Ketika mendengar tangisan anak-anak seringkali orantua panik dan frustasi, padahal menangis tidak akan membunuh mereka. Bahkan para orangtua beranggapan bayi dan anak-anak tidak seharusnya menangis sama sekali, mereka akan melakukan apapun untuk menghentikan tangisan itu. Padahal anak-anak yang tangisannya dihentikan tidak akan bertingkah laku lebih baik daripada anak-anak yang dibiarkan menangis. Anak-anak harus belajar bagaimana mengatasi perasaan dan rasa frustasi mereka-namun hal itu tidak mungkin dilakukan kalau orangtua mereka tidak membiarkan mereka menangis dan menangani perasaan mereka.


LARANGAN DALAM KOMUNIKASI

1. Jangan buat janji yang tidak bisa anda tepati.
Orangtua cenderung menggunakan kata janji seperti mereka menggunakan kata tidak. Tidak akan berhasil.

2. Jangan dikira bohong demi kebenaran akan selalu manjur.
Anak-anak punya radar kebohongan yang sangat sensitif. Mereka dapat dengan mudah menebak kalau ibu/ayah tidak berkata sejujurnya.

3. Jangan buat anak bicara kalau dia masih marah.
Anak-anak seringkali butuh menenangkan diri dan mengumpulkan pikiran mereka sebelum mereka bisa berbicara rasional, begitu juga orang dewasa.

4. Jangan terlalu sering berkata : jangan!
Hanya gunakan kata jangan untuk situasi ekstrim, seperti dalam keadaan yang mebahayakan fisik (misal anak berusaha memegang panci berisi air panas), karenanya hal itu akan menjadi bagian kosakata anda yang lebih bermanfaat.

5. Jangan katakan : Coba dengar dulu!
Anak-anak tetap mendengarkan anda.Kalau anda ingin mengatakan sesuatu anda harus paham bagaimana melakukannya. Jangan limpahkan tanggung jawab untuk mendengar pada seorang anak kalau anda sendiri belum menguasai seni berkomunikasi.

6. Jangan berteriak.
Tidak ada satu orangpun yang akan melalui masa pengasuhan anak tanpa pernah marah-marah. Tapi bukan berarti hal itu boleh dilakukan. Berteriak adalah bentuk komunikasi yang paling tidak berguna antara orangtua dan anak. Hasil dari sebuah teriakan hanyalah meningkatnya level adrenalin, membuat orang lain kesal dan situasi semakin memburuk.

7. Jangan cerewet.
Cerewet itu seperti bentakan, kebisingan mental. Cerewet tidak pernah bermanfaat dan cerewet tidak akan menyebabkan timbulnya rasa hormat, padahal rasa hormat adalah jalan dua arah.

8. Jangan remehkan anak-anak.
Meremehkan membuat anak menutup diri. Meremehkan benar-benar harus dihentikan kalau anda ingin anak anda percaya kepada anda. Tidak ada anak yang bisa percaya pada orangtua yang senantiasa mengabaikan perasaannya.

9. Jangan perbandingkan anak-anak.
Memperbandingkan adalah cara manjur untuk mengasingkan, menyakiti, dan meremehkan anak anda.

10. Jangan memasukkan ide ke kapala mereka.
Menyebut kata monster pada anak yang sedang ketakutan sama saja mengatakan kepada mereka kalau ada hantu di dalam lemari dan ada buaya di bawah tempat tidur mereka. Namun cobalah membuat anak anda memulai percakapan, jika mereka ketakutan biarkan mereka yang memulai pembicaraan tentang hal-hal yang menyeramkan, dengan begitu anda dapat menanggapinya.

11. Jangan mendisiplinkan anak ketika anda kesal.
Komunikasi hampir tidak mungkin dilakukan ketika anda dongkol karena anda lebih mungkin mengamuk dan mengatakan hal-hal yang tidak anda niatkan dalam kondisi seperti itu, terutama kalau anda sedang frustasi.

MENGELOLA KELUARGA : Gaya Pengasuhan Anak Yang Tidak Efektif

Di dalam mengasuh anak-anaknya orang tua memiliki gaya pengasuhan yang berbeda-beda, dan kebanyakan adalah gabungan dari berbagai gaya. Jika kedua orangtua tidak memadukan gaya pengasuhan anak-anak menjadi satu kesatuan yang koheren, hal ini tentu saja bisa menimbulkan ketegangan dalam keluarga. Ketika kita kesal, secara insting kita akan mengakui kalau kita termasuk ke salah satu kategori berikut :

1. Orangtua yang suka marah/frustasi.

Ketika anda marah/frustasi, maka yang terjadi adalah : anda tidak bisa mengendalikan emosi, sangat mungkin menggunakan hukuman fisik. Dan yang akan terjadi pada pasangan anda : menutup telinga, marah dan frustasi kepada anda karena telah marah dan frustasi, lantas meremehkan tingkah laku anda di belakang anda. Terbayang apa yang anak anda lakukan? Mereka akan menutup telinga, takut pada orang tuanya, merasa tidak dihargai, mengira amarah adalah solusi bagi berbagai masalah. Amarah adalah salah satu emosi yang menghancurkan. Orang tua yang tidak bisa mengatur amarah mereka memberi pesan yang menghancurkan jiwa anak-anak mereka.

2. Orangtua yang sering Menghindar.

Orangtua yang bekerja keras seharian seringkali kesal begitu pulang ke rumah dan mendapati rumah dalam keadaan berantakan, anak-anak yang tak terkendali dan sulit diatur. Sebagai pelampiasannya, orangtua seringkali menghindar karena ingin pulang ke rumah untuk tenang dan merasakan kedamaian. Ironisnya, dia tidak membantu melakukan apapun untuk menciptakan kedamaian dan ketenangan itu. Menikah dengan seorang pria yang menghindar seperti ini bisa sangat menyulitkan bagi si ibu yang bekerja, yang punya pekerjaan dan ternyata juga harus mengurusi anak dan rumah tangga, sendirian. Orangtua yang menghindar semacam ini bukan hanya mengabaikan anak-anak mereka tetapi juga pernikahan mereka. Baik ayah atau ibu harus menjadi peserta yang seimbang di dalam pernikahan mereka dan ketika bersama anak-anak mereka. Bagi orangtua yang mengaku mereka tidak ingin ada di rumah untuk menghadapi kekacauan atau saling tuding, coba pandanglah situasi ini seperti sebuah masalah di tempat kerja. Mengasuh anak itu juga pekerjaan. Anda bisa menempatkan diri di posisi anak-anak dan rasakan bagaimana perasaan anda diteriaki atau diceramahi seperti itu oleh bos anda.

3. Kehabisan akal.

Terkadang orangtua berhenti melakukan apapun karena tidak tahu harus berbuat apa. Maka yang akan terjadi pada anak-anak adalah : memanfaatkan situasi, mangatur rumah. Para orangtua yang berkata kalau mereka kehabisan akal dan tidak tahu harus berbuat apa, sebenarnya dapat melakukan banyak hal. Hanya saja mereka melakukannya dengan cara yang salah.
Prinsip yang harus senantiasa dipegang orangtua :
- Jangan pernah melengserkan tanggung jawab peran anda sebagai orangtua. Berkata kalau anda kehabisan akal hanyalah sebuah alasan untuk tidak ingin melakukan pekerjaan berat membesarkan anak. Jangan hanya duduk mengeluh tentang ketidaktahuan anda.
- duduk bersama dan pikirkan apa yang anda inginkan untuk anak-anak anda, dan bagaimana melakukannya bersama. Mengaku anda tidak tahu apa yang harus dilakukan bukan alasan yang bisa diterima dari seorang manusia dewasa.

4. Tidak teratur/berantakan.

Sebagai orangtua anda tidak punya rutinitas jadi tidak satupun yang selesai dilakukan. Akibatnya anak-anak akan meniru : terus terlambat dan tidak teratur juga. Solusinya atur rutinitas, delegasikan tugas-tugas rumah dan benahi hal-hal yang berantakan dalam hidup anda.

5. Mencari-cari alasan.

Anda mencari-cari alasan bagi semua tingkah laku yang buruk dan sangat jarang mendisiplinkan anak-anak? Sebagai gantinya anak anda akan melakukan segala macam hal yang dia inginkan tanpa ada resiko hukuman, anak akan belajar mengadu domba orangtuanya serta merasa berhak untuk nakal kemudian menangis/merajuk sampai orangtua mengalah. Jika orangtua terus menerus mencari alasan dan mentolerir kenakalan anak maka tidak lama lagi anak-anak benar-benar tidak bisa dikendalikan. Menggemari kekerasan karena tidak adanya batasan di dalam rumah yang dikendalikan oleh orangtua yang gemar mencari-cari alasan adalah hal yang sangat berbahaya.

6. Bersuara keras

Peristiwa yang sering terjadi pada keluarga ini adalah orangtua yang berteriak, membentak dan menjerit. Anak yang tercetak dari keuarga seperti ini seringkali menutup telinga, takut pada orangtua yang berteriak, mengira kalau teriakan adalah solusi bagi masalah. Sebagian keluarga memang terlahir dengan suara yang keras. Mereka biasanya keluarga yang televisinya terus menyala sepanjang hari dengan suara yang hingar bingar dan anak-anak harus berteriak supaya suara mereka bisa terdengar. Keluarga seperti ini tidak sadar betapa berisiknya mereka. Berhenti berteriak memang butuh upaya yang penuh kesadaran diri. Tetapi bisa dilakukan. Daripada berteriak, cobalah berbisik. Jadi tidak akan ada yang mendengar anda kalu sedang menyumpah-nyumpah.

7. Cerewet/terlalu kritis.

Orangtua yang suka mencereweti anaknya mudah ditemukan dimana-mana. Mereka bahkan tidak mendengar apa yang telah dikatakan. Mereka hanya terus berceloteh seperti kelinci iklan baterai energizer, sampai semua orang kesal dan muak. Karena setelah cerewetan muncul akan muncul teriakan besar. Orang tua yang kelewat cerewet, mendesak, mengkritik dan menentukan standart yang terlalu tinggi akan menciptakan anak-anak yang : menutup diri di hadapan semua kritik, sangat kesal pada kritik, mulai sengaja gagal daripada berusaha memenuhi standar yang terlalu tinggi.
Orangtua yang seperti ini seringkali punya rumah yang teramat rapi, tidak ada satupun yang salah letak. Mereka menghabiskan begitu banyak energi menjaga penampilan sehingga mereka lupa kalau anak-anak yang tinggal disana lebih suka punya ibu yang mengabaikan sedikit kekacauan dan bermain mereka atau membantu mereka mengerjakan PR. Untuk bisa berhenti cerewet semacam itu coba rekam diri anda selama satu hari. Setelah anak-anak terlelap coba dengarkan diri anda mencabik-cabik anak anda. Percayalah, mereka dengar apa yang anda katakan, terutama hal-hal buruk, baik mereka memperhatikan anda atau tidak.

8. Meremehkan.

Orangtua adalah tim, karenanya tidak boleh ada yang merasa superior dari yang lain. Ketika si ayah mampu menelan tinggi hatinya dan belajar tidak terlalu mengatur dan merasa yakin dengan superioritasnya, dia mampu mengakui peran besar yang dimainkan istrinya.

SINDROM IBU MARTIR DAN IBU SUPER

Ibu martir (atau ayah martir) butuh merasakan tarikan pengorbanan untuk mendorong rasa harga diri mereka. Mereka cenderung suka mengatur_yang memungkinkan mereka merelakan kebutuhan mereka sendiri. Orangtua seperti itu takut melepaskan kendali karena mereka mengira hal itu berarti orang lain memenangkan apa yang telah mereka lepaskan. Orangtua tipe martir harus berusaha melepas tingkah laku merusak ini dan sadar kalau mereka, bukan anak-anak mereka yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri. Ibu tipe martir biasanya juga jatuh dalam kategori ibu super. Ibu super harus menjadi sosok yang baik dan pengasih_walaupun mereka sering berteriak kepada anak-anak mereka. Mereka tidak mau berhenti mengendalikan. Mereka lapar perhatian dari anak-anak mereka, walaupun mereka juga kesal dengan segala rengekan dan anak-anak yang ribut. Ibu super biasanya tidak mengikutsertakan ayah sama sekali.

Majulah Perempuan


Indikasi belum setaranya tingkat kemajuan yang dicapai antara perempuan dan laki-laki adalah capaian pembangunan manusia berbasis gender yang rendah dari pembangunan manusia umumnya. Tahun 2005, indeks pembangunan manusia (IPM) 69,6, sedangkan indeks pembangunan berbasis gender (IPG) 65,1, selisih 4,5 poin (BPS, 2006).

Belum tercapainya kesetaraan gender terefleksi secara ekonomi maupun sosial. Secara ekonomi, ketidaksetaraan tercermin dari rendahnya partisipasi dan produktivitas perempuan, berakibat hilangnya peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Menurut survei ESCAP, Indonesia berpotensi kehilangan 2,4 miliar dollar AS setahun karena tidak optimalnya partisipasi perempuan (Kompas, 21/4).

Sedangkan secara sosial, ketidaksetaraan tercermin dari rendahnya kualitas hidup perempuan, khususnya pada aspek kesehatan dan pendidikan. Pada gilirannya, hal itu berpengaruh negatif terhadap tumbuh-kembang anak.

Pada aspek fisik, anak yang lahir dari ibu dengan kualitas hidup rendah berpotensi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), kurang dari 2.500 gram. Diduga ada 300.000-400.000 bayi lahir per tahun di Tanah Air dengan berat badan rendah (Untoro, 2005). Anak dengan kondisi demikian, jika tidak ditangani serius akan mengalami kematian atau keterlambatan perkembangan fisik dan kecerdasan.

Tak heran, angka kematian bayi (AKB) di Tanah Air masih terbilang tinggi, lebih tinggi dari beberapa negara anggota ASEAN. Adapun AKB di Indonesia sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan di Brunei Darussalam 8,0 persen,
Singapura 3,0 persen, Malaysia 10 persen, Vietnam 16 persen, Thailand 18 persen, dan Filipina 25 persen (http://www.childinfo.org/areas/childmortality/infantdata.php, April 2007).

Selain berisiko kematian tinggi, kondisi pendidikan anak juga memprihatinkan. Sekitar 12 per 1.000 anak usia 16-18 tahun menyandang buta huruf. Secara keseluruhan, sembilan dari setiap 100 orang penduduk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 90,9 persen menyandang buta huruf pada 2005. Sementara rata-rata lama sekolah hanya 7,3 tahun (BPS, 2006).

Salah satu penyebab tingginya AKB dan rendahnya pendidikan anak di Tanah Air adalah masih kurangnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Hal ini termanifestasi dalam kontrol pendapatan rumah tangga (control the cash) dan merupakan akibat jangka panjang dari rendahnya tingkat pendidikan serta pengetahuan perempuan.

Diperkirakan, kian besar control the cash, kualitas anak kian meningkat. Pengalaman di Brasilia, Brasil, menunjukkan, perempuan yang memiliki control the cash menyebabkan perbaikan status gizi keluarga tujuh kali lebih besar dibanding jika control the cash dilakukan laki-laki. Hal itu berakibat peluang anak yang dilahirkan bertahan hidup menjadi 20 kali lebih besar (UNDP, 1996).

Control the cash bagi perempuan diperkirakan tidak hanya pada konsumsi pangan, tetapi juga pendidikan dan kesehatan anak. Hal ini bersentuhan dengan pembangunan manusia. Atas dasar itu, sebenarnya banyak kasus kematian dan ketelantaran pendidikan anak dapat dicegah. Namun, hal itu sering tidak dapat dilakukan karena faktor control the cash. Untuk mencegah tiga penyakit utama penyebab kematian anak, pneumonia, diare, dan malaria, misalnya, ternyata amat murah.

USAID (2007) melaporkan, biaya pencegahan pneumonia dengan antibiotika 25 sen dollar AS (Rp 2.340). Biaya pencegahan diare dengan oralit 6 sen dollar AS (Rp 540). Biaya pencegahan malaria dengan pil antimalaria 12 sen dollar AS (Rp 1.080).

Dalam banyak kasus, program-program yang digulirkan oleh pemerintah seringkali terkendala ketika dihadapkan pada tataran keluarga. Kurangnya pelibatan perempuan di dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam keluarga sedikit banyak merupakan indikasi lemahnya posisi perempuan. Karena itu, diperlukan komitmen semua pihak guna meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan keluarga berupa control the cash. Peningkatan peran itu tidak harus dari pemerintah, tetapi berawal dari rumah tangga. Sikap keluarga yang kurang memanusiakan anggota keluarga perempuan secara akumulasi akan mendistorsi kualitas anak bangsa. Karena itu, masa depan bangsa amat ditentukan bagaimana kita memperlakukan perempuan.


Disarikan dari berbagai sumber.

Kamis, Januari 15, 2009

Mutiara Pencerah Jiwa

Percayakah anda, wanita diciptakan Allah sebagai makhluk yang sempurna. Pandanglah kehidupan ini dengan tatapan cinta dan optimisme. Betapapun, kehidupan ini adalah anugerah Allah untuk manusia karenanya terimalah hadiah dari yang Maha Esa dengan hati dan ceria. Sambutlah pagi hari dengan kecerahan dan senyuman indah yang ditebarkannya. Sambutlah malam hari dengan ketenangan dan ketentraman yang dihembuskannya. Sambutlah siang hari dengan cahaya dan sinar terangnya. Minumlah air yang jernih seraya memuji dan bersyukur pada-Nya. Hiruplah udara dengan gembira dan senang hati. Hisaplah harum bunga dengan bertasbih, dan renungkanlah alam raya untuk mengambil pelajaran yang berharga darinya.

Manfaatkanlah semua anugerah Allah yang ada di bumi, pada bunga-bunga, di balik panasnya terik matahari, pada siraman hujan yang penuh berkah. Jadikan anugerah itu sebagai bekal untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, mensyukuri nikmat-nikmatnya dan memuji kebesarannya. Berhati-hatilah, janganlah nikmat-nikmat itu justru membuatmu selalu diliputi oleh kesedihan, kerisauan, kecemasan dan kegalauan. Sebab dengan begitu engka akan menjadi oang yang congkak. Ketahuilah Allah tidak menciptakan nikmat-nikmat itu kecuali sebagai sarana untuk menyembah-Nya.

Perbanyaklah kalimat syukur. Hindari mengeluh !!!! Tahukah anda : Ketika mengeluh anda melepaskan getaran negatif ke alam semesta yang akan menarik hal-hal negatif ke dalam hidupmu. Begitu pula sebaliknya. Karenanya perhatikan betul kata-kata yang keluar dari mulutmu dan yang tidak terucap (tetapi terpapar dalam hati).

Saudariku...jika engkau sakit, bergegeaslah kepada Allah. Perbanyaklah istighfar dan doa, serta bertobatlah. Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Sesungguhnya Allah Maha mengabulkan setiap permohonan, menghilangkan kesedihan dan keburukan. Alkisah seorang wanita yang ditinggal mati suaminya pada saat umur 30 tahun, sedang ia dikaruniai 5 orang anak. Tak ayal, dunia pun terasa gelap gulita di matanya :hari demi hari hanya bisa menangis seraya meratapi nasib hingga kering air matanya. Semakin hari semakin putus asa dan hari-hari hanya diliputi kesedihan, kegundahan dan kecemasan. Apalagi jika mengingat anak-anaknya yag masih kecil-kecil, sedangkan ia sama sekali tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk hidup mereka. Suatu hari ketika wanita itu sedang menyendiri di kamar sambil mendengarkan siaran Al-quran dan ceramah dari sebuah radio, terdengar olehnya seorang syaikh menuturkan : barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan mengusir segala kesedihan yang mengantuinya dan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Sejak mendengar ceramah itu, dia terus memperbanyak istighfar. Demikian juga anak-anaknya diperintahkan untuk melakukan hal yang sama. Tak disangka enam bulan kemudian sebuah proyek besar membutuhkan sebagian tanah kami dan siap memberi ganti rugi berjuta-juta.

Bersamaan dengan itu, anak pertamanya berhasil menjadi pelajar teladan di kotanya. Bahkan dia sudah hafal qur-an dengan sempurna dan sering mendapat undangan pengajian di tengah masyarakat sekitar. Sejak itu rumahnya serasa di kelilingi dengan anugerah, hidup terasa nyaman dan sejahtera dan Allah menjadikan putra-putrinya sebagai orang sukses dan shaleh. Demikianlah; kesedihan, kecemasan, dan kerisauan serta kegelisahan pun sirna darinya.

Dalam kisah yang lain, seorang yang shaleh dan tekun beribadah. Suatu ketika istrinya menderita penyakit kanker ganas. Padahal waktu itu ia memiliki 3 orang anak. Seorang ulama menasehatinya agar melaksanakan shalat malam dan berdoa di tengah malam seraya melafazkan istighfar dan beberapa ayat al-quran pada semangkuk air zam-zam. Maka iapn menjalankan saran tersebut. Dan benar, tak lama kemudian agaknya Allah berkehendak membukakan pintu pertolongannya. Suatu pagi istrinya mandi dengan air zam-zam yang telah dibacakan beberapa ayat. Lalu, ia duduk menemaninya dari sejak shalat subuh hingga shalat isya seraya tak berhenti membaca istighfar dan berdoa. Walhasil Allah mengabukan permintaannya. Ia sembuh seperti sedia kala : tubuhnya bugar kembali dan kulitnya yang terlihat menghitam sedikit demi sedikit hilang dan rambutnya yang rontok menjadi lebih elok dari sebelumnya. Demikialah, ia sembuh setelah rajin beristighfar dan mendirikan shalat malam.

Perempuan Dalam Dua Wajah : Pemberdayaan VS Pemerdayaan

Rita Rif’ati, S.St *)

Percayakah anda pembaca yang budiman, perempuan adalah makhluk Allah yang sempurna : seharusnya. Simbol dan moment dibuat untuk menjadi pengingat betapa berharganya perempuan kita. Tanggal 8 Maret kita peringati sebagai hari perempuan sedunia, tanggal 21 April sebagai moment peringatan Hari Kartini, selain tanggal 22 Desember yang juga kita peringati sebagai Hari Ibu. Ditetapkannya tanggal-tanggal yang semuanya bertema tentang perempuan tersebut sebagai wujud adanya kepedulian yang besar terhadap kaum perempuan, lantas apa implikasi bagi perempuan sendiri?
Perempuan adalah aset, salah satu modal pembangunan yang cukup strategis. Akan seperti apa wajah generasi kita dibentuk, kita bisa mencari jawabannya dari wajah kaum perempuan kita. Keniscayaan ini tentu saja bisa dijelaskan dengan jawaban sederhana, sehatnya anak yang dilahirkan tentu saja sangat bergantung dari kondisi kesehatan ibunya, tumbuh kembang anak juga sangat dipengaruhi latar belakang pengetahuan ibu, belum lagi jika kita berbicara tentang penanaman moral dan nilai-nilai pada anak.

Data berbicara bahwa dari total penduduk Jambi, sebanyak 49,12 persennya adalah perempuan namun potensi itu belum tergarap secara sempurna. Jika gambaran umum tingkat kecerdasan penduduk suatu wilayah ditunjukkan oleh kemampuan baca tulisnya, baru sekitar 93,11 persen perempuan di Jambi yang bebas buta huruf. Pendidikan kaum perempuan juga masih jauh dari kondisi ideal yang diharapkan. Hampir sebagian besar perempuan berpendidikan SD ke bawah atau sebanyak 63,34 persen dan hanya 3,52 persen saja yang dapat mengenyam pendidikan sampai Perguruan Tinggi (Susenas BPS, 2006). Minimnya pendidikan perempuan ini tentu saja berdampak luas. Alih-alih posisi perempuan diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan, minimnya pengetahuan telah menempatkan perempuan dalam posisi ‘tidak berdaya’.

Berdasarkan data Survei Kekerasan Terhadap Perempuan/Anak Tahun 2006 yang dilakukan Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan & BPS) secara nasional telah terjadi 3 juta tindak kekerasan dan sekitar 2,27 juta perempuan pernah menjadi korbannya. Oleh sebagian masyarakat, tindak kekerasan dalam rumah tangga dipandang sebagai hal yang lumrah terjadi terutama dalam rumah tangga dimana pihak pelaku kekerasan pada umumnya sangat dominan dalam pengambilan keputusan. Di sisi lain kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga masih dipahami sebagai bentuk tindakan dalam mendidik perempuan. Angka korban tindak kekerasan di Jambi sendiri mencapai 6,44 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang hanya mencapai 3,1 persen. Tindak kekerasan ini meliputi penghinaan (5,09 persen), penganiayaan (2,3 persen), sisanya pelecehan dan penelantaran. Dari sejumlah korban tindak kekerasan tersebut sekitar 60,77 persennya adalah mereka yang berpendidikan rendah serta sekitar 82,12 persennya berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah. Ironisnya, pelaku kekerasan terhadap perempuan adalah orang ‘dekat’ dengan korban. Sebanyak 55,1 persen tindak kekerasan dilakukan oleh suami/pasangan, orang yang semestinya menjadi tempat perlindungan, tempat mengadu, tempat menumpahkan perasaan, tempat mendapatkan keamanan dan kasih sayang.

Dalam hal kesetaraan dengan laki-laki, masih terlihat ketimpangan kemajuan yang dicapai oleh perempuan dibanding dengan laki-laki. Angka Indeks Pembangunan Gender (IPG) Jambi, berada pada kisaran 59,6 persen (UNDP, 2005). Jika disejajarkan dengan Human Development Indeks (HDI) Jambi di tahun yang sama berkisar 71,0 persen, masih memperlihatkan ketimpangan atau selisih. Kedua ukuran ini dikembangkan oleh UNDP dan menggambarkan kualitas hidup manusia serta merupakan Indeks Komposit yang terdiri dari sejumlah komponen/variabel. HDI mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan secara keseluruhan, sedangkan IPG mengukur hal yang sama tetapi dengan memperhatikan Disparitas Gender. Adanya perbedaan pada kedua indikator ini merupakan sebuah pertanda masih adanya bias atau ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam meraih kemajuannya. Variabel penyusun HDI dan IPG antara lain adalah Angka Harapan Hidup (AHH), dimana diketahui capaian angka harapan hidup penduduk Jambi sebesar 68,1 tahun, sedang harapan hidup perempuan Jambi sebesar 70,2 tahun. Selain AHH, variabel penyusun IPG adalah Angka Melek Huruf (AMH) serta rata-rata lama sekolah. Capaian angka melek huruf perempuan Jambi lima persen lebih rendah dibanding laki-laki. Rata-rata lama sekolah penduduk perempuan berada pada kisaran 7 tahun, atau satu tahun lebih rendah dibanding penduduk laki-laki.

Keterlibatan dan tingkat partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan di bidang ekonomi, politik, kekuasaan digambarkan dengan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IDG Jambi tahun 2005 sebesar 55,7 persen atau berada pada peringkat ke-17 se Indonesia. Capaian indeks ini berasal dari beberapa variabel diantaranya diketahui bahwa sebanyak 13,3 persen perempuan duduk di parlemen, ada 36,8 persen prempuan pekerja profesional, teknisi dan ketatalaksanaan, serta 31,4 persen perempuan terlibat sebagai angkatan kerja.

Dalam wajah yang lain perempuan ditempatkan sebagai obyek eksploitasi. Tingginya korban trafficking adalah salah satu buktinya, selain juga fenomena underground economy yang salah satu faktanya menyebutkan omzet dari sekitar 70.000 WTS dan perilaku prostitusi di negeri ini hampir mencapai 9 Trilyun rupiah per tahun (data sebelum krisis 1997). Jika Danielle Lloyd (model pakaian dalam) dengan sukarela mengasuransikan tubuh moleknya dengan harga 2 juta pound atau sekutar 126 Juta rupiah, apa namanya jika bukan eksploitasi? Kita juga punya fakta yang lagi-lagi berbicara bahwa perempuan adalah aset berharga; ada sebanyak 4.200.000 situs porno dunia dan 100.000 situs porno di Indonesia. Tidak hanya itu, sebanyak 12 persen situs di dunia mengandung pornografi, 372 juta halaman website pornografi dan 25 persen yang dicari melalui search engine adalah pornografi. Setiap detik 28.258 pengguna internet melihat pornografi dan setiap hari 266 situs porno baru muncul. Oleh karenanya kita menyambut gembira dengan disyahkannya RUU Anti pornografi dan Porno aksi menyusul disyahkannya RUU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) beberapa waktu lalu.

Kesepakatan global dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target, 48 indikator menyatakan bahwa setiap negara berkembang harus mampu menurunkan kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, menurunkan HIV AIDS, malaria dan penyakit menular lain, memastikan keberlanjutan lingkungan hidup serta mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan.

Peliknya permasalahan perempuan dan anak adalah PR besar kita bersama, tidak dapat diselesaikan tanpa adanya kemauan dari perempuan untuk mengejar ketertinggalannya. Bagaimana kemudian perempuan dapat memposisikan dirinya untuk tidak selalu menjadi objek, apalagi pelengkap penderita. Selain juga dibutuhkan ketulusan niat, kerasnya kemauan dan usaha yang yang serius dari aktivis perempuan untuk menjadi gerbong dari kaumnya dalam mengejar ketertinggalannya. Jika perempuan tidak mau ambil bagian dalam mengejarnya, lantas siapa yang akan peduli?