Minggu, April 19, 2009

BALADA CINTA DUA ANAK MANUSIA



















Dalam buku Serial Cinta, Anis Matta menuliskan;

Iman itu laut, cintalah ombaknya....
Iman itu api, cintalah panasnya.....
Iman itu angin, cintalah badainya.....
Iman itu salju, cintalah dinginnya....
Iman itu sungai, cintalah arusnya.....

Iman hanyalah kumpulan keyakinan semu dan beku, tanpa nyawa tanpa gerak, tanpa daya hidup tanpa daya cipta, kecuali ketika ruh cinta menyentuhnya..

Seperti itulah cinta bekerja dalam diri pemuda ahli ibadah itu. Kejadiannya diriwayatkan Al-Mubarrid dari Abu kamil, dari Ishak bin Ibrahim dari Raja bin Amr Al Nakha'i. Seorang pemuda Kufa yang dikenal ahli ibadah suatu saat jatuh cinta dan tergila-gila pada seorang gadis. Cintanya berbalas. Gadis itu sama gilanya. Bahkan katika lamaran sang pemuda ditolak karena sang gadis telah dijodohkan dengan saudara sepupunya, mereka tetap nekad, ternyata. Gadis itu bahkan menggoda kekasihnya : "Aku datang padamu, ata kuatur cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku". Itu jelas jalan syahwat.

"Tidak! Aku menolak kedua pilihan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya tak pernah padam!". Itu jawaban sang pemuda yang menghentak sang gadis. Pemuda itu memenangkan iman atas syahwat dengan kekuatan cinta. "Jadi dia masih takut pada Allah? ", gumam sang gadis. Seketika ia tersadar dan dunia tiba-tiba jadi kerdil di matanya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan dirinya untuk ibadah. Tapi cintanya pada sang pemuda tidak mati. Cintanya berubah jadi rindu yang mengelana dalam jiwa dan doa-doanya. Tubuhnya luluh lantak didera rindu. Ia mati, akhirya.
Sang pemuda terhenyak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua cintanya.

Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan do'a-do'anya. Sampai suatu saat ia tertidur di atas kuburan gadisnya. Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya. Cantik. Sangat cantik. "Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku?" Tanya sang gadis. "Baik-baik saja. Kamu sendiri disana bagaimana", jawabnya sambil balik bertanya. Aku disini, dalam surga abadi, dalam nikmat dan hidup tanpa akhir, jawab gadisnya. "Doakan aku, jangan pernah lupa padaku. Aku selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu? ", tanya sang pemuda lagi. "Aku juga tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdo'a agar Allah menyatukan kita di surga. Teruslah beribadah. Sebentar lagi kamu akan menyusulku", jawab sang gadis. Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun menemui ajalnya.

Atas nama cinta ia memenangkan Allah atas dirinya sendiri, memenangkan iman atas syahwatnya sendiri. Atas nama cinta pula Allah mempertemukan mereka. Cinta selalu bekerja dengan cara itu..

Rabu, April 01, 2009

Surat Samantha

Pada 1983, ketika dunia terancam perang nuklir dua negara adidaya yang sewaktu waktu bisa meledak, Samantha Smith, seorang anak kecil berusia sepuluh tahun dari Amerika memberanikan diri mengirim surat kepada Yuri Andropov yang menjadi Presiden Uni Soviet waktu itu.

Isi suratnya berbunyi begini :

Tuan Andropov yang terhormat.
Nama saya Samantha Smith. Usia saya sepuluh tahun. Kepada Tuan, saya ucapkan selamat atas tugas baru Tuan. Saya khawatir Amerika dan Uni Soviet terlibat dalam perang nuklir. Karena itu, perkenankan saya bertanya pada Tuan : Apakah Tuan akan menyatakan persetujuan untuk berperang ataukah tidak? Jika tidak, tolong beritahu saya bagaimana Tuan akan menjaga agar tidak jadi peperangan ? Pertanyaan saya ini tidak perlu Tuan jawab, tapi saya ingin mengetahui mengapa Tuan hendak menaklukkan dunia atau setidaknya negara kami? Tuhan menciptakan dunia untuk kita hidup bersama dalam damai, bukan untuk berperang.


Demikian isi surat Samantha, tidak begitu panjang memang, tapi di dalamnya mengandung pesan yang teramat berharga, sebuah pesan dari dunia kejernihan yang membuat hati sang Pemimpin Uni Soviet luluh.

Membaca surat tersebut, Yuri Andropov, Sang pemimpin Uni Soviet begitu tersentuh dan dia pun menulis surat balasan, berjanji menegakkan perdamaian.

Samantha sayang.....
Engkau mengatakan kalau Engkau khawatir akan terjadi perang nuklir antar- dua negara kita dan engkau menanyakan, apakah kami akan melakukan sesuatu agar perang tidak pecah. Saya akan menjawabnya dengan serius dan jujur.

Samantha, kami di Soviet berusaha melakukan apa saja agar tidak terjadi perang di dunia. Rakyat Uni Soviet sangat tahu betapa mengerikan perang itu. Hari ini kami sangat ingin hidup damai dan tentu saja dengan negara besar seperti Amerika.
Di Amerika dan di negara kami, terdapat senjata nuklir, senjata mengerikan yang dapat membunuh jutaan orang dengan sekejap. Namun, kami tidak ingin menggunakannya. Itulah sebabnya Soviet dengan sungguh-sungguh menyatakan kepada seluruh dunia bahwa tidak akan menggunakan perang nuklir, melawan negara manapun.

Menjawab pertanyaan keduamu : Mengapa kami ingin menyatakan perang melawan seluruh dunia atau setidaknya Amerika?. Kami tidak ingin melakukan hal itu. Negara kami tidak menginginkan perang besar atau kecil. Kami ingin damai. Kami ingin damai untuk rakyat kami sendiri dan untuk seluruh rakyat di dunia. Untuk anak-anak kami dan untuk kamu, Samantha.
Terima kasih untuk suratmu. Semoga kamu berhasil dalam kehidupan masa muda.


Di dua negara adidaya yang sedang berseteru, seorang pemimpin negara dan anak kecil berusia 10 tahun menjalin persahabatan atas dasar cinta dan perdamaian. Oleh Andropov, Samantha bahkan sempat diundang ke Moskow lalu diajak berkeliling menikmati pemandangan di negara itu. Dua tahun kemudian, dalam sebuah kecelakaan pesawat, Samantha meninggal dunia. Meskipun begitu, apa yang sudah dilakukannya menjadi kenangan indah. Kenangan yang susah dilepasakan dari ingatan penduduk Amerika, bahkan penduduk dunai sampai saat ini.

Kepada dunia, Samantha telah menitipkan pesan yang berharga bahwa dalam kondisi apa pun kedamaian di bumi ini harus tetap dijaga. Tuhan menciptakan dunia untuk kita hidup bersama dalam damai, bukan untuk berperang, demikian tutur Samantha. Mengingat kisah tersebut, hati siapa yang tak dipenuhi rasa haru? Jika saja setiap orang yang hidup memiliki hati yang masih bisa dipakai untuk dapat merasa.

Sudah selayaknya juga bagi kita yang hidup sebangsa dan telah menjadi saudara, dapat hidup berdampingan dalam damai. Apalah artinya sebuah kursi jabatan jika untuk mendapatkannya saudara sendiri menjadi korban. Nilai persaudaraan yang sudah dijalin berpuluh tahun hancur karena gesekan kepentingan yang berseberangan. Karenanya siapapun yang tampil menjadi wakil kita nantinya selayaknya kita angkat topi atas amanah yang diembankan rakyat atasnya, dan mari bersama kita suarakan PEMILU DAMAI.........