Selasa, Maret 31, 2009

Perempuan dalam Pemilu; Antara simbol dan substansi

Jika anda seorang pemilih perempuan, lalu ditanya lebih memilih mana : menjatuhkan pilihan pada calon legislatif perempuan atau laki-laki dan perempuan sama saja di mata anda? Jawabannya tak harus disampaikan sekarang. Simpan saja.. dan anda masih punya waktu untuk berpikir sampai menjelang tanggal 9 April 2009 besok.

Jika dicermati ada banyak agenda menyangkut permasalahan kaum perempuan dan anak-anak di tanah air. Ada pertanyaan menggelitik yang mampir ke benak saya; emangnya sekian permasalahan tersebut bakal selesai jika saja seluruh anggota parlemen terdiri dari kaum hawa? Atau sebaliknya apakah mungkin permasalahan kaum hawa bakal selesai jika kita titipkan kepada kaum Adam untuk memecahkannya?
Jika saja para pejabat kita memegang pesan Rasulullah : Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik terhadap keluargamu dan akulah orang terbaik di antara kamu terhadap keluargaku. Takkan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan takkan menghinakan perempuan kecuali seorang hina. Memuliakan perempuan bisa bermakna sangat luas : melindunginya, memperhatikan hak-haknya, menempatkannnya pada posisi mulia, memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Dalam hal keterwakilan kaum perempuan di lembaga legistalif, ada dua posisi yang ditawarkan dan bakal ditempati oleh wakil kita di Lembaga Dewan yang terhormat. Yang pertama menawarkan dan akan menjadikan kaum perempuan sebagai simbol semata. Yang penting ada dulu, masalah kontribusi nanti sajalah. Yang kedua menjadikannya fungsional murni. Artinya keberadaan mereka dapat memberikan kiprah dan aktualisasi dari potensi diri serta mampu melaksanakan tugas-tugas sosial yang dibebankan.
Lantas apa bedanya? Ya Jelas beda... Kalo yang pertama hanya sekedar untuk memenuhi kuota saja, asal tak terkena tuding kelompok yang tak berpihak dan kurang akomodatif terhadap suara perempuan, sedang yang kedua menjatuhkan pilihan atas dasar kualitas diri sehingga dapat menjadi penyambung aspirasi konstituennya.

Ada sekelompok orang dari kita yang mulai putus asa dengan dinamika sosial yang ada sehingga membuat orang tersebut mengasingkan diri dalam sangkar emas dan mengabaikan peran sosial politiknya. Apa yang bakal terjadi masa bodohlah... merasa tak perlu menanggung beban resiko. Ibarat seperti bayi yang disukai semua orang, karena tak pernah membuat orang tersinggung dengan kritik atau koreksinya.

Sedangkan kelompok lainnya menggunakan ukuran kesenangan dan nikmat, yang mengukur semua dengan sepotong kalimat : Yang penting enak. Tak pelak lagi money politik, KKN dan serangan fajar dalam pemilu akan menemukan lahan suburnya disini. Jika kita perhatikan betapa terbiasanya rakyat kita dengan pembagian yang terkait dengan masalah perut. Visi, misi, kebijakan dasar partai serta program-programnya menjadi lorong gelap yang tak dipahami. Seperti itulah kualitas pemimpin yang akan memainkan selera rakyat. Karenanya menentukan pilihan (dalam pemilu) bukan hanya persoalan ikhtiar pribadi, tetapi menyangkut perubahan nasib seluruh bangsa.

Sebelum masuk ke bilik suara, Pesan saya : JANGAN ASAL PILIH. Pesan tambahan JANGAN ASAL PILIH CALEG PEREMPUAN. Lihat dulu siapa yang mengusung dan bagaimana kualitasnya. Ukuran yang paling mudah adalah : Jika saya pilih dia apakah dia bakal menjadi penyambung lidah saya???? Untuk saya yang kehilangan hak pilih gimana ya?? (Bukan karena saya mantan lho... tapi karena pindah domisili makanya gak kedaftar). Saya titipkan hak saya pada anda ya ...

Senin, Maret 09, 2009

Tangisan


Pernahkah anda menangis? Kapan terakhir kali anda menangis?
Sebagian kita menjadikan tangisan sebagai rutinitas laiknya kebutuhan harian, sebagian lagi menjadikan tangis sebagai alat kepura-puraan, sedang yang lain bahkan memaksakan kemauan juga lewat tangisan.

Anak saya yang tiga tahun akan segera memecahkan tangisan dahsyat bila ada mau yang tak terpenuhi. Yang satunya lagi, telah mampu meregulasi emosi sedemikian kuat untuk meyakinkan orang lain bahwa dia sedang bersedih.

Saya sendiri ? melihat dua buah hati berhari-hari didera sakit yang tak kunjung sembuh, dengan tatapan sayu tak bersemangat, hilang ceria diterbangkan demam bermalam-malam… meski dengan hati yang dikuat-kuatkan karena suami sedang tak ada disisi, toh akhirnya pecah juga tangis ini bagai banjir tak terbendung. Dalam episode lain sekelebat kisah terlayang ketika ALLAH mengambil orang terhormat yang pernah saya miliki, bahkan tak setitik air mata pun sanggup terlepas meski duka terasa dalam dan suasana hati teriris sembilu… Kisah lain; tangisan lega penuh bahagia atas kehadiran buah hati pelipur lara belahan jiwa, meski raga diterpa penat yang teramat sangat.

Tangis tak selamanya perlambang duka… tangis tak selalu bermakna sembilu. Bahkan tangisan dapat mewakili arti sebuah rasa… BAHAGIA. Orang-orang yang berkarakter kuat, tanpa mengumbar melankolisme… menempatkan tangisan sebagai bagian dari penyucian mata batin. Sementara yang tak pernah sama sekali menempatkan tangis sebagai muara penentram jiwa , penjaga kestabilan emosi… coba simak apa yang disampaikan oleh Imam syahid berikut :

Tetapi mereka yang tidur sepenuh kelopak mata, makan sepenuh rongga, menghabiskan waktu dalam canda, main, segala legak sia-sia dan lagu gila, maka alangkah jauhnya mereka dari kemenangan dan kepatutan masuk dalam barisan pejuang.. (Imam Al-Banna)
Banyak orang berfikir maksiat itu sebatas zina, minum khamr, mencuri, dan seterusnya. Kesombongan, ambisi pribadi yang menggila, riya, ujub, hasad-dengki, putus asa atau kebalikannya aman terhadap makar ALLAH.

Dirindukan orang-orang berkarakter yang mampu merespon dengan cepat panggilan kemuliaan. Bila diseru segera menjawab, sensitif dan peduli dengan orang lain.
Nampak jelas pada kerut-kerut wajahnya, dalam kilat matanya dan terdengar pada luncuran tutur lisannya, segala indikasi kesungguhan yang lekat dan duka yang dalam, berkobar dalam hatinya serta azam yang sungguh, semangat yang tinggi dan sasaran jauh ke depan, sebagai luapan jiwanya.

Menangislah…. sebelum tangis tinggal punya satu makna : PENYESALAN.
Menangislah….. sebelum mereka menangisimu dalam seremoni.
Menangislah…. karena mata yang aman dari neraka ialah mata yang mengantuk berjaga-jaga di jalan Allah dan mata yang menangis karena takut kepada-Nya.